Autis merupakan kelainan perilaku dimana penderita hanya tertarik pada aktivitas mentalnya sendiri (seperti melamun atau berkhayal). Gejala ini umumnya mulai terlihat ketika anak berumur tiga tahun.
Menurut buku Diagnosis and Statistical Manual of Mental Disorders-Fourth Edition (DSM-IV), gangguan autis dapat ditandai dengan tiga gejala utama, yaitu gangguan interaksi sosial, gangguan komunikasi, dan gangguan perilaku. Gangguan perilaku dapat berupa kurangnya interaksi sosial, penghindaran kontak mata, serta kesulitan dalam bahasa.?
Gangguan autis pada anak-anak memperlihatkan ketidakmampuan anak tersebut untuk berhubungan dengan orang lain atau bersikap acuh terhadap orang lain yang mencoba berkomunikasi dengannya. Mereka seolah-olah hidup dalam dunianya sendiri, bermain sendiri, dan tidak mau berkumpul dengan orang lain. Namun, anak autis biasanya memiliki kelebihan atau keahlian tertentu, seperti pintar menggambar, berhitung atau matematika, musik, dan lain-lain.? ?
Penyebab autis sejauh ini belum diketahui dengan pasti, namun diduga kuat berkaitan dengan faktor keturunan, khususnya hubungan antara ibu dan janin selama masa kehamilan.
Terapi yang tepat untuk anak autis sangat bersifat individual. Untuk itu dibutuhkan seorang yang ahli dalam terapi autis untuk mengenali dan memberikan apa yang dibutuhkan oleh sang anak agar dapat tumbuh berkembang secara baik. Salah satu terapi yang digunakan adalah dengan meningkatkan kemampuan untuk berbagi (sharing) sehingga dapat mendorong mereka untuk lebih berinteraksi dengan lingkungannya.?
Jika terjadi kelainan perilaku pada anak, sebaiknya langsung dikonsultasikan ke dokter. Hal tersebut bertujuan agar dokter secepatnya dapat memberikan tindakan pengobatan atau latihan khusus sejak dini terhadap anak yang mengalami keadaan tersebut.
Autisme diklasifikasikan sebagai ketidaknormalan perkembangan neuro yang menyebabkan interaksi sosial yang tidak normal, kemampuan komunikasi, pola kesukaan, dan pola sikap. Autisme bisa terdeteksi pada anak berumur paling sedikit 1 tahun. Autisme empat kali lebih banyak menyerang anak laki-laki dari pada anak perempuan.
Tanda - tanda Autisme
- tidak bisa menguasai atau sangat lamban dalam penguasaan bahasa sehari-hari
- hanya bisa mengulang-ulang beberapa kata
- mata yang tidak jernih atau tidak bersinar
- tidak suka atau tidak bisa atau atau tidak mau melihat mata orang lain
- hanya suka akan mainannya sendiri (kebanyakan hanya satu mainan itu saja yang diamainkan)
- serasa dia punya dunianya sendiri
- tidak suka berbicara dengan orang lain
- tidak suka atau tidak bisa menggoda orang lain
Penyebab Autisme Penyebab Autisme sampai sekarang belum dapat ditemukan dengan pasti. Banyak sekali pendapat yang bertentangan antara ahli yang satu dengan yang lainnya mengenai hal ini. Ada pendapat yang mengatakan bahwa terlalu banyak vaksin Hepatitis B yang termasuk dalam MMR (Mumps, Measles dan Rubella )bisa berakibat anak mengidap penyakit autisme. Hal ini dikarenakan vaksin ini mengandung zat pengawet Thimerosal, yang terdiri dari Etilmerkuri yang menjadi penyebab utama sindrom Autisme Spectrum Disorder. Tapi hal ini masih diperdebatkan oleh para ahli. Hal ini berdebatkan karena tidak adanya bukti yang kuat bahwa imunisasi ini penyebab dari autisme, tetapi imunisasi ini diperkirakan ada hubungannya dengan Autisme.
Anak Autis
Memiliki anak yg menderita autis memang berat. Anak penderita autis seperti seorang yg kerasukan setan. Selain tidak mampu bersosialisasi, penderita tidak dapat mengendalikan emosinya. Kadang tertawa terbahak, kadang marah tak terkendali. Dia sendiri tdk mampu mengendalikan dirinya sendiri & memiliki gerakan2 aneh yg selalu diulang2. Selain itu dia punya ritual sendiri yg harus dilakukannya pada saat2 atau kondisi tertentu.
Penelitian yg intensive di dunia medis pun dilakukan oleh para ahli. Dimulai dari hipotesis sederhana sampai ke penelitian klinis lanjutan. Dan setelah banyak membaca & mengamati, saya sebagai orang awam yg sederhana ini dapat menarik kesimpulan sementara, yaitu:
- Autis bukan karena keluarga (terutama ibu yg paling sering dituduh) yg tdk dapat mendidik penderita. Anak autis tidak memiliki minat bersosialisasi, dia seolah hidup didunianya sendiri. Dia tidak peduli dgn orang lain. Orang lain (biasanya ibunya) yg dekat dengannya hanya dianggap sebagai penyedia kebutuhan hidupnya. (Baca: Teory of Mind, yg ditulis oleh seorang autis).
- Jarang sekali anak autis yg benar2 diakibatkan oleh faktor genetis. Alergi memang bisa saja diturunkan, tapi alergi turunan tidak berkembang menjadi autoimun seperti pada penderita autis.
- Terjadi kegagalan pertumbuhan otak yg diakibatkan oleh keracunan logam berat seperti mercury yg banyak terdapat dalam vaksin imunisasi atau pada makanan yg dikonsumsi ibu yg sedang hamil, misalnya ikan dengan kandungan logam berat yg tinggi.
- Terjadi kegagalan pertumbuhan otak karena nutrisi yg diperlukan dalam pertumbuhan otak tidak dapat diserap oleh tubuh, ini terjadi karena adanya jamur dalam lambungnya.
- Terjadi autoimun pada tubuh penderita yg merugikan perkembangan tubuhnya sendiri karena zat2 yg bermanfaat justru dihancurkan oleh tubuhnya sendiri. Imun adalah kekebalan tubuh terhadap virus/bakteri pembawa penyakit. Sedangkan autoimun adalah kekebalan yg dikembangkan oleh tubuh penderita sendiri yg justru kebal terhadap zat2 penting dalam tubuh & menghancurkannya.
- Akhirnya tubuh penderita menjadi alergi terhadap banyak zat yg sebenarnya sangat diperlukan dalam perkembangan tubuhnya. Dan penderita harus diet ekstra ketat dengan pola makan yg dirotasi setiap minggu. Soalnya jika terlalu sering & lama makan sesuatu bisa menjadikan penderita alergi terhadap sesuatu itu.
- Autis memiliki spektrum yg lebar. Dari yg autis ringan sampai yg terberat. Termasuk di dalamnya adalah hyper-active, attention disorder, dll.
- Kebanyakan anak autis adalah laki-laki karena tidak adanya hormon estrogen yg dapat menetralisir autismenya. Sedang hormon testoteronnya justru memperparah keadaannya. Sedikit sekali penderitanya perempuan karena memiliki hormon estrogen yg dapat memperbaikinya.
- Anak autis tidak gila & tidak kerasukan setan. Penanganan harus dilakukan secara medis & teratur.
- Penderita autis sebagian dapat sembuh dengan beberapa kondisi, yaitu: ditangani & terapi sejak dini; masih dalam spektrum ringan; mengeluarkan racun atau logam berat dalam tubuh penderita (detoxinasi).
- Perlu pemahaman & pengetahuan tentang autis & ditunjang oleh kesabaran & rasa kasih sayang dalam keluarga penderita. Terutama bagi suami-istri karena banyak kasus anak autis menjadi penyebab hancurnya rumah tangga.
- Dewasa ini penelitian yg berkesinambungan telah mencapai perkembangan yg luar biasa. Semakin besar harapan sembuh bagi penderita.
- Terapi harus dilakukan terus menerus tidak terputus walau pun tingkat perkembangan perbaikan kondisi penderita dirasa tidak ada.
- Diet harus terus dilakukan secara ketat, terus-menerus & sangat disiplin. Perbaikan kondisi penderita karena diet berlangsung sangat lambat, tetapi pelanggaran diet dapat menghancurkan semuanya dalam waktu yg sangat cepat.
Mengenal Autis & Ciri-Cirinya
Banyak sekali definisi yang beredar tentang Autis. Tetapi secara garis besar, Autis, adalah gangguan perkembangan khususnya terjadi pada masa anak-anak, yang membuat seseorang tidak mampu mengadakan interaksi sosial dan seolah-olah hidup dalam dunianya sendiri. Pada anak-anak biasa disebut dengan Autis Infantil. Schizophrenia juga merupakan gangguan yang membuat seseorang menarik diri dari dunia luar dan menciptakan dunia fantasinya sendiri: berbicara, tertawa, menangis, dan marah-marah sendiri.
Tetapi, ada perbedaan yang jelas antara penyebab dari Autis pada penderita Schizophrenia dan penyandang Autis Infantil. Schizophrenia disebabkan oleh proses regresi karena penyakit jiwa, sedangkan pada anak-anak penyandang Autis Infantil terdapat kegagalan perkembangan.
Gejala Autis Infantil timbul sebelum anak mencapai usia 3 tahun. Pada sebagian anak, gejala-gejala itu sudah ada sejak lahir. Seorang ibu yang sangat cermat memantau perkembangan anaknya sudah akan melihat beberapa keganjilan sebelum anaknya mencapai usia 1 tahun. Yang sangat menonjol adalah tidak adanya atau sangat kurangnya tatap mata.
Untuk memeriksa apakah seorang anak menderita autis atau tidak,digunakan standar internasional tentang autis. ICD-10 (InternationalClassification of Diseases) 1993 dan DSM-IV (Diagnostic andStatistical Manual) 1994 merumuskan kriteria diagnosis untuk Autis Infantil yang isinya sama, yang saat ini dipakai di seluruh dunia.
Kriteria tersebut adalah:
Untuk hasil diagnosa, diperlukan total 6 gejala (atau lebih) dari no. (1), (2), dan (3), termasuk setidaknya 2 gejala dari no. (1) dan masing-masing 1 gejala dari no. (2) dan (3).
1. Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial yang timbal balik.- Minimal harus ada dua dari gejala-gejala di bawah ini:Tak mampu menjalin interaksi sosial yang cukup memadai:
kontak mata sangat kurang, ekspresi muka kurang hidup, gerak-
gerik kurang tertuju. - Tidak bisa bermain dengan teman sebaya. - Tak ada empati (tak dapat merasakan apa yang dirasakan orang
lain). - Kurang mampu mengadakan hubungan sosial dan emosional yang
timbal balik.
2. Gangguan kualitatif dalam bidang komunikasi. Minimal harus adasatu dari gejala-gejala di bawah ini:
- Perkembangan bicara terlambat atau sama sekali tak berkembang.Anak tidak berusaha untuk berkomunikasi secara non-verbal. Bila anak bisa bicara, maka bicaranya tidak dipakai untuk berkomunikasi.
- Sering menggunakan bahasa yang aneh dan diulang-ulang.
- Cara bermain kurang variatif, kurang imajinatif, dan kurang dapat meniru.
3. Adanya suatu pola yang dipertahankan dan diulang-ulang dalam perilaku, minat, dan kegiatan. Minimal harus ada satu dari gejala di bawah ini:
- Mempertahankan satu minat atau lebih dengan cara yang sangat khas dan berlebihan.
- Terpaku pada suatu kegiatan yang ritualistik atau rutinitas yang tidak ada gunanya.
- Ada gerakan-gerakan aneh yang khas dan diulang-ulang.
- Seringkali sangat terpukau pada bagian-bagian benda.
Sebelum umur 3 tahun tampak adanya keterlambatan atau gangguan dalam
bidang:
- interaksi sosial,
- bicara dan berbahasa,
- cara bermain yang monoton, kurang variatif.
Autis bukan disebabkan oleh Sindroma Rett atau Gangguan Disintegratif Masa Kanak. Namun, kemungkinan kesalahan diagnosis selalu ada, terutama pada autis ringan. Hal ini biasanya disebabkan karena adanya gangguan atau penyakit lain yang menyertai gangguan autis yang ada, seperti retardasi mental yang berat atau hiperaktivitas.
Autis memiliki kemungkinan untuk dapat disembuhkan, tergantung dari berat tidaknya gangguan yang ada. Berdasarkan kabar terakhir, di Indonesia ada 2 penyandang autis yang berhasil disembuhkan, dan kini dapat hidup dengan normal dan berprestasi. Di Amerika, dimana
penyandang autis ditangani secara lebih serius, persentasekesembuhannya lebih besar.
1 komentar:
Makasih atas informasinya
Posting Komentar